BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Limbah merupakan kotoran yang dihasilkan
karena pembuangan sampah atau zat kimia dari pabrik-pabrik. Limbah juga
merupakan suatu bahan yang tidak berarti dan tidak berharga, tapi kita tidak
mengetahui bahwa limbah juga bisa menjadi sesuatu yang berguna dan bermanfaat
jika diproses secara baik dan benar. Limbah itu ada berbagai macam salah
satunya adalah limbah pabrik. Limbah ini dikategorikan sebagai limbah yang
berbahaya karena limbah ini mempunyai kadar gas yang beracun. Pada umumnya gas
ini di buang ke sungai-sungai disekitar tempat tinggal masyarakat dan tidak jarang
warga masyarakat mempergunakan sungai untuk kegiatan sehari-hari , misalnya MCK (Mandi, Cuci, Kaskus ) dan
secara langsung gas yang dihasilkan oleh limbah pabrik tersebut dikonsumsi dan
dipakai oleh masyarakat. Limbah ini mengandung zat yang berbahaya diantaranya
asam anorganik dan senyawa organic zat-zat tersebut jika masuk ke perairan maka
akan menimbulkan pencemaran yang dapat membahayakan makhluk hidup pengguna air
tersebut misalnya ikan, bebek, dan makhluk hidup lainnya.
1.2
Identifikasi Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang
diatas permasalahan yang muncul akibat limbah rumah tangga (larutan detergen)
adalah sebagai berikut :
1. Pencemaran lingkungan
1. Pencemaran lingkungan
2. Ancaman kehidupan
biotic laut mati.
1.3 Pembatasan Masalah
Penelitian
yang dilakukan oleh kelompok kami yaitu pengaruh larutan detergen terhadap
kondisi fisik ikan. Penelitian dilakukan selain untuk memenuhi tugas yang
diberikan guru bidang study IPA kepada kelompok kami juga untuk mengetahui
pengaruh larutan air detergen tersebut terhadap kondisi fisik ikan .
1.4
Perumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang yang telah kami jelaskan
diatas maka kami
merumuskan masalah sebagai
berikut :
Ø Bagaimana pengaruh detergen
terhadap kondisi fisik ikan ?
1.5
Tujuan Penelitian
Berdasarkan Rumusan Masalah diatas, maka penulis
menyusun tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui bagaimana
pengaruh larutan detergen terhadap fisik ikan.
2. Sebagai wahana melatatih
mengungkapkan pemikiran atau hasil penelitiannya dalam bentuk tulisan ilmiah
yang sistematis dan metodologis.
3. Menumbuhkan etos ilmiah
dikalangan siswa sehingga tidak hanya menjadi konsumen ilmu pengetahuan, tetapi
juga mampu menjadi penghasil (produsen)
pemikiran dan karya tulis dalam bidang ilmu pengetahuan, terutama setelah
penyelesaian studynya.
4. Melatih keterampilan dasar
untuk penelitian.
1.6
Manfaat Penelitian
Manfaat dari metode ilmiah dengan tema Pengaruh
Larutan Detergen Terhadap Kondisi Fisik Ikan ini diharapkan dapat menjadi bahan
informasi bagi para pembaca. Selain itu manfaat penyusun karya ilmiah bagi
penulis adalah sebagai berikut :
1. Melatih untuk mengembangkan
keterampilan membaca efektif
2. Melatih untuk menggabungkan
bacaan dari berbagai sumber
3. Mengenalkan dengan kegiatan
kepustakaan
4. Meningkatkan
pengorganisasian fakta atau data secara jelas dan sistematis.
5. Memperoleh kepuasan
intelektual.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Penelaahan Kepustakaan
a. Pengertian Detergent
Deterjen
adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu pembersihan dan
terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan sabun, deterjen
mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta
tidak terpengaruh oleh kesadahan air. Detergen merupakan garam Natrium dari
asam sulfonat.
Rantai hidrokarbon, R, di dalam
molekul sabun di atas mungkin adalah rantai hidrokarbon yang lurus atau rantai
hidrokarbon yang bercabang.
Detergen sudah sangat akrab di
kehidupan kita, terutama bagi ibu rumah tangga. Detergen digunakan untuk
mencuci pakaian. Untuk menyempurnakan kegunaannya, biasanya pabrik menambahkan
Natrium Perborat, pewangi, pelembut, Naturium Silikat, penstabil, Enzim, dan
zat lainnya agar fungsinya semakin beragam. Tapi diantara zat-zat tersebut ada
yang tak bisa dihancurkan/dilarutkan oleh mikroorganisme sehingga otomatis
menyebabkan pencemaran lingkungan. Apabila air yang mengandungi detergen
dibuang ke dalam air, tercemarlah air dan pertumbuhan Alga yang sangat cepat.
Hal ini akan menyebabkan kandungan oksigen dalam air berkurangan dan otomatis
ikan, tumbuhan laut, dan kehidupan air lainnya mati.Selain itu limbah Detergen
juga menyebabkan pencemaran tanah yang menurunkan kualitas kesuburan tanah yang
mengakibatkan tanaman serta hidupan tanah termasuk cacing mati. Padahal cacing
bisa menguraikan limbah organik, non organik & menyuburkan tanah.
Bahan utamanya ialah garam
natrium yaitu asam organik yang dinamakan asam sulfonik. Asam sulfonik yang digunakan
dalam pembuatan detergen merupakan molekul berantai panjang yang mengandungi 12
hingga 18 atom karbon per molekul.
Detergen pertama disintesis pada tahun 1940-an,
yaitu garam natrium dari alkyl hydrogen sulfat. Alkohol berantai panjang dibuat
dengan cara penghidrogenan lemak dan minyak.
Alkohol berantai panjang ini direaksikan dengan
asam sulfat menghasilkan alkil hydrogen sulfat yang kemudian dinetralkan dengan
basa.
Natrium lauril sulfat adalah detergen yang baik.
Karena garamnya berasal dari asam kuat, larutannya hampir netral. Garam kalsium
dan magnesiumnya tidak mengendap dalam larutannya, sehingga dapat dipakai
dengan air lunak atau air sadah. Pada masa kini, detergen yang umum digunakan
adalah alkil benzenasulfonat berantai lurus. Pembuatannya melalui tiga tahap.
Alkena rantai lurus dengan jumlah karbon 14-14 direaksikan dengan benzena dan
katalis Friedel-Craft (AlCl3 atau HF) membentuk alkil benzena.
Sulfonasi dan penetralan dengan basa melengkapi proses ini.
Rantai alkil sebaiknya tidak bercabang. Alkil
benzenasulfonat yang bercabang bersifat tidak dapat didegradasi oleh jasad
renik (biodegradable). Detergen ini mengakibatkan masalah polusi berat pada
tahun 1950-an, yauti berupa buih pada unit-unit penjernihan serta disungai dan
danau-danau. Sejak tahun 1965, digunakan alkil benzenasulfonat yang tidak
bercabang. Detergen jenis ini mudah didegradasi secara biologis oleh
mikroorganisme dan tidak berakumulasi dilingkungan kita.
b. Sistematika dan Morfologi
Ahli perikanan Dr. A.L Buschkiel
dalam RO. Ardiwinata (1981) menggolongkan jenis ikan karper menjadi dua
golongan, yakni pertama, jenis-jenis karper yang bersisik normal dan kedua,
jenis kumpai yang memiliki ukuran sirip memanjang. Golongan pertama yakni yang
bersisik normal dikelompokkan lagi menjadi dua yakni pertama kelompok ikan
karper yang bersisik biasa dan kedua, bersisik kecil.
Sedangkan Djoko Suseno (2000)
mengemukakan, berdasarkan fungsinya, ras-ras ikan karper yang ada di Indonesia
dapat digolongkan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama merupakan ras-ras ikan
konsumsi dan kelompok kedua adalah ras-ras ikan hias.
Ikan karper sebagai ikan
konsumsi dibagi menjadi dua kelompok yakni ras ikan karper bersisik penuh dan
ras ikan karper bersisik sedikit. Kelompok ras ikan karper yang bersisik penuh
adalah ras-ras ikan karper yang memiliki sisik normal, tersusun teratur dan
menyelimuti seluruh tubuh. Ras ikan karper yang termasuk ke dalam kelompok ini
adalah ikan karper majalaya, ikan karper punten, ikan karper si nyonya dan ikan
karper merah atau mas. Sedangkan yang tergolong dalam ras karper bersisik
sedikit adalah ikan karper kaca yang oleh petani di Tabanan biasa disebut
dengan nama karper gajah. Untuk kelompok ras ikan karper hias, beberapa di
antaranya adalah karper kumpay, kaca, mas merah dan koi.
Secara morfologis, ikan karper mempunyai bentuk
tubuh agak memanjang dan memipih tegak. Mulut terletak di ujung tengah dan
dapat disembulkan. Bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut berukuran
pendek. Secara umum, hampir seluruh tubuh ikan karper ditutupi sisik dan hanya
sebagian kecil saja yang tubuhnya tidak ditutupi sisik. Sisik ikan karper
berukuran relatif besar dan digolongkan dalam tipe sisik sikloid berwarna
hijau, biru, merah, kuning keemasan atau kombinasi dari warna-warna tersebut
sesuai dengan rasnya.
*Sejarah Perkembangannya di Indonesia
Menurut Djoko Suseno (2000), di
Indonesia pertama kali ikan karper berasal dari daratan Eropa dan Tiongkok yang
kemudian berkembang menjadi ikan budi daya yang sangat penting.
Sementara itu, menurut R.O
Ardiwinata, (1981) ikan karper yang berkembang di Indonesia diduga awalnya
berasal dari Tiongkok Selatan. Disebutkan, budi daya ikan karper diketahui
sudah berkembang di daerah Galuh (Ciamis) Jawa Barat pada pertengahan abad
ke-19. Masyarakat setempat disebutkan sudah menggunakan kakaban - subtrat untuk
pelekatan telur ikan karper yang terbuat dari ijuk – pada tahun 1860, sehingga
budi daya ikan karper di kolam di Galuh disimpulkan sudah berkembang
berpuluh-puluh tahun sebelumnya.Sedangkan penyebaran ikan karper di daerah Jawa
lainnya, dikemukakan terjadi pada permulaan abad ke-20, terutama sesudah
terbentuk Jawatan Perikanan Darat dari “Kementrian Pertanian” (Kemakmuran) saat
itu.
Dari Jawa, ikan karper kemudian
dikembangkan ke Bukittinggi (Sumatera Barat) tahun 1892. Berikutnya
dikembangkan di Tondano (Minahasa, Sulawesi Utara) tahun 1895, daerah Bali
Selatan (Tabanan) tahun 1903, Ende (Flores, NTT) tahun 1932 dan Sulawesi
Selatan tahun 1935. Selain itu, pada tahun 1927 atas permintaan Jawatan
Perikanan Darat saat itu juga mendatangkan jenis-jenis ikan karper dari Negeri
Belanda, yakni jenis Galisia (karper gajah) dan kemudian tahun 1930 didatangkan
lagi karper jenis Frankisia (karper kaca). Menurut Djoko Suseno (2000), kedua
jenis karper tersebut sangat digemari oleh petani karena rasa dagingnya lebih
sedap, padat, durinya sedikit dan pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan
ras-ras lokal yang sudah berkembang di Indonesia sebelumnya.Pada tahun 1974,
seperti yang dikemukakan Djoko Suseno (2000), Indonesia mengimpor ikan karper
ras Taiwan, ras Jerman dan ras fancy carp masing-masing dari Taiwan,
Jerman dan Jepang. Sekitar tahun 1977 Indonesia mengimpor ikan karper ras
yamato dan ras koi dari Jepang. Ras-ras ikan karper yang diimpor tersebut dalam
perkembangannya ternyata sulit dijaga kemurniannya karena berbaur dengan
ras-ras ikan karper yang sudah ada di Indonesia sebelumnya sehingga terjadi
persilangan dan membentuk ras-ras baru.
2.2 Perumusan Hipotesis
Ho = Tidak ada pengaruh larutan detergent terhadap kondisi
fisik ikan.
Ha
=
Ada pengaruh larutan detergent terhadap kondisi fisik ikan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan
waktu penelitian
A.
Tempat
Eksperimen dilakukan dirumah peneliti
(siswa).
B. Waktu
Eksperimen dilakukan mulai dari tanggal
16-19 November 2011. Pada pukul
09.00-09.15.
3.2 Metode Penelitian
* Eksperimen atau Metode Penelitian
3.3 Alat dan
Bahan
* Bahan :
·
Detergent
·
Ikan 2
·
Air bersih
* Alat :
·
1 toples berisi air bersih
·
1 toples berisi larutan detergent
3.4 Cara Kerja
:
Ø Sediakan 2 buah toples, 1 berisi
air bersih dan berisi larutan detergent 1.
Ø Masukan 1 ikan ke dalam
toples yang berisi air detergent dan satu ikan ke dalam air bersih.
Ø Lihat perkembangan kondisi
fisik ikan hingga terjadi perubahan.
Ø Buat laporan atas terjadinya
perubahan yang terjadi pada fisik ikan/
3.5 Populasi
dan Sampel
*
Populasi : Semua jenis ikan
*
Sampel : Ikan Jaer
3.6 Teknik
Pengumpuan Data
*
Data Kualitatif
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1
Deskripsi Data
No
|
Ikan
|
Larutan Detergent
|
Air tawar
|
jam
|
Kondisi fisik ikan
|
|
1 sendok teh
|
2 sendok teh
|
|||||
1
|
Ikan 1
|
ü
|
-
|
-
|
09.00-09.15
|
Mata merah
|
2
|
Ikan 2
|
-
|
ü
|
-
|
09.00-09.15
|
Keluar darah dari insang..
|
3
|
Ikan 3
|
-
|
-
|
ü
|
09.00-09.15
|
Normal
|
4
|
|
|
|
|
|
|
Gambar ikan air tawar
4.2
Perubahan Analisis Data
Berdkasarkan data pada tabel
diatas dikatakan terjadi perubahan
terhadap
kondisi fisik ikan yang menyebabkan keluar darah dari insang dan akan
berpengaruh bila memakai larutan detergent.
BAB V
PENUTUP
5.1
K esimpulan
Jadi dapat penulis simpulkan bahwa larutaan
detergent sangat berpengaruh sekali terhadap kondisi fisik ikan yang dapat
menyebabkan ikan tersebut melemah bahkan hingga mati.
5.2
Implikasi
Dampak dari
kondisi tesebut maka akan menyebabkan populasi ikan-ikan disungai berkurang.
5.3
Saran
Saran yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca
yaitu :
Ø Jangan terlalu banyak
menggunakan limbah rumah tangga (larutan detergen) karna sangat berpengaruh
terhadap biotic air.
Ø Untuk para peneliti
selanjutnya di harapkan dapat membuah kan hasil yang lebih baik dari sebelumnya